Langsung ke konten utama

Postingan

"Nikmat yang Sementara, Bekal yang Selamanya"

Postingan terbaru

Hujan Kau Curang

Sembeng Tedeng   Hujan, kau curang— Rintikmu memaksaku kembali pada bilik dimensi pilu atas kejadian kala dulu, dan kini aku memaknai sebagai sendu. Kau turun perlahan, seperti kenangan yang tak pernah usai mengetuk, membasahi relung batin yang selama ini kututup rapat dengan pura-pura kuat. Ada aroma tanah basah yang menyamar sebagai kenyamanan, padahal sesungguhnya ia adalah pintu yang kau dobrak untuk menjemput luka-luka lama. Hujan, mengapa kau selalu tahu waktu yang paling lemah untuk datang? Saat aku telah berdamai dengan sunyi, kau hadir membawa gema nama yang telah lama kutelan dalam diam. Setiap tetesmu adalah gema langkahnya, setiap anginmu adalah bisikan yang dulu meninabobokan jiwaku. Kini semua itu kembali, tak diundang, tapi tak bisa kutolak. Aku berjalan di bawahmu, tanpa payung, tanpa arah, hanya berusaha menyatu agar tangisku tak tampak mencolok di antara derasmu. Langit kelabu seakan paham, ia menyembunyikan mentari agar aku bebas menumpahkan sesak tan...

"Aku Pria yang Biasa Saja, Penampilan Sederhana, Tak Punya Apa-Apa, Bagaikan Senja yang Tak Berwarna, Sering Diabaikan oleh Apa pun Itu"

Sembeng Tedeng   Aku hanyalah pria yang biasa saja, tak tinggi, tak gagah, tak rupawan rupa. Langkahku tak gagah, tuturku sederhana, tak banyak yang sudi mendengar cerita. Pakaianku bukan hasil butik ternama, hanya kain yang cukup untuk menutup rasa, sepatu yang tak baru, jam tangan lama, tak ada kilau, tak ada istimewanya. Tak kuasai dunia, tak kugenggam kuasa, dompetku tipis, impianku sederhana. Orang berkata: hidup harus mengejar cahaya— tapi aku berjalan di bayang-bayangnya. Aku bukan lelaki yang membuat mata terpaku, tak dikenal dalam riuh pertemuan, namaku bukan tajuk berita hanya hadir, dan kerap tak disapa. Seperti senja yang tak membawa warna, yang tak jingga, tak merah, tak biru langit tua— hanya langit kusam, nyaris tak bersuara, yang hadir namun tak ditunggu siapa-siapa. Orang menoleh pada pelangi, menunggu cahaya jatuh di ufuk pagi. Tapi tak ada yang ingin menulis tentang aku, yang bagai senja pudar di sudut waktu. Aku tahu rasanya menjadi angin, yang menye...

Pelangi Dan Matahari

Sembeng Tedeng  Aku sudah berjuang, merangkai warna dari luka, menyulam cahaya dari duka, menjadi pelangi di langitmu yang kelabu. Setiap tetes hujan kuterima tanpa payung, hanya demi satu senyum yang mungkin kau lupa. Aku belajar mencintai dalam diam, seperti embun yang tak pernah menuntut langit untuk tinggal, seperti senja yang tahu bahwa malam akan datang, namun tetap memberi jingga terbaiknya. Tapi kau kau terlalu terpaku pada matahari, yang membakar matamu, hingga tak bisa kau lihat lukisan cintaku. Kau buta warna. Bukan karena tak mampu melihat, tapi karena terlalu sibuk mengejar yang terang, hingga lupa bahwa keindahan kadang lahir dari sisa hujan dan cahaya yang malu-malu. Aku ini pelangi, bukan cahaya yang menyilaukan, hanya serpih warna dari badai yang kupeluk sendirian. Kau kira pelangi itu hanya hiasan langit? Tidak. Pelangi adalah janji, dari langit yang lelah menangis namun tetap ingin indah. Dan aku, sudah menjadi itu untukmu. Sudah kuberikan ungu dari p...

Light From The Wounds / Cahaya Dari Luka

Sembeng Tedeng "I once fell, to the lowest point where even my shadow refused to stay. Stumbling in the dark, I embraced the silence and wounds unseen by eyes. Yet from every crack, hope began to grow. From tears, rose a strength that time itself could never buy. I’ve learned that failure is not destruction— but a gentle whip that pushes me to rise, to take steps once more, slowly, yet surely. Now I walk, not because I’m unafraid to fall again, but because I know—within every fall, there's a path home, and within every wound, a light awaits its moment to shine." Terjemahan  "Aku pernah jatuh, di titik terendah yang bahkan bayangan pun enggan menemani. Tertatih dalam gelap, ku peluk sepi dan luka yang tak terlihat mata. Namun dari setiap retak, tumbuh harapan. Dari air mata, lahir kekuatan yang tak bisa dibeli oleh waktu. Aku belajar, bahwa gagal bukan kehancuran— melainkan cambuk lembut yang mendorongku untuk bangkit, menata kembali langkah, meski pelan, tapi pas...

Di Remang Cahaya Senja

Sembeng Tedeng     Di remang cahaya senja, ketika jeda waktu mengambang dalam hening yang menyentuh jiwa, terbangunlah refleksi mendalam yang merayap dari dasar pikiran yang tersembunyi. Dalam kesunyian yang membungkus dunia, terurai sebuah komposisi kata-kata yang seperti titik-titik cahaya yang berkilauan di dalam gelap, menjelma menjadi panggilan yang tak terbantahkan kepada kesadaran manusia. Melangkahlah ke dalam lorong labirin kalbu, di mana sepi adalah teman setia yang memandu langkah-langkah menuju kebenaran hakiki. Di sini, kerinduan berbicara lewat bisikan hati yang tak pernah usai, mengurai benang-benang yang menghubungkan manusia dengan makna yang lebih tinggi. Kehebatan tersembunyi dalam kerumitan eksistensi kita, memperlihatkan bahwa setiap celah adalah jendela yang menghadap kepada keajaiban tak terbatas. Dalam perjalanan menuju pengertian, cemas menjelma menjadi bahan bakar bagi tekad yang menggebu. Menjelajahlah melintasi relung pikiran yang belum ...

Selamat Hari Kasih Sayang

Sembeng Tedeng  Seperti senja yang merona indah, begitu pula persahabatan kita, hangat, menenangkan, dan selalu terkenang dalam setiap cerita. Langit jingga tak selamanya ada, namun keindahannya tak pernah sirna, begitu pula dirimu, sahabatku, meski jarak mungkin memisah, hatiku selalu dekat denganmu. Di Hari Kasih Sayang ini, bukan hanya cinta yang dirayakan, tapi juga persahabatan yang setia, yang selalu ada, tanpa syarat, tanpa jeda. Terima kasih, sahabat, karena sepertimu langka, seperti senja yang menawan, yang selalu membuat hati tenang dan bahagia. Selamat Hari Kasih Sayang!