Langsung ke konten utama

Di Remang Cahaya Senja

Sembeng Tedeng 

 
Di remang cahaya senja, ketika jeda waktu mengambang dalam hening yang menyentuh jiwa, terbangunlah refleksi mendalam yang merayap dari dasar pikiran yang tersembunyi. Dalam kesunyian yang membungkus dunia, terurai sebuah komposisi kata-kata yang seperti titik-titik cahaya yang berkilauan di dalam gelap, menjelma menjadi panggilan yang tak terbantahkan kepada kesadaran manusia.

Melangkahlah ke dalam lorong labirin kalbu, di mana sepi adalah teman setia yang memandu langkah-langkah menuju kebenaran hakiki. Di sini, kerinduan berbicara lewat bisikan hati yang tak pernah usai, mengurai benang-benang yang menghubungkan manusia dengan makna yang lebih tinggi. Kehebatan tersembunyi dalam kerumitan eksistensi kita, memperlihatkan bahwa setiap celah adalah jendela yang menghadap kepada keajaiban tak terbatas.

Dalam perjalanan menuju pengertian, cemas menjelma menjadi bahan bakar bagi tekad yang menggebu. Menjelajahlah melintasi relung pikiran yang belum tersentuh, mendobrak batasan-batasan yang diukir oleh ketidakpastian. Dalam ketakutan dan ragu, tumbuhlah pohon-pohon pemahaman yang menjulang tinggi, memberi teduh bagi jiwa-jiwa yang haus akan makna.

Takdir mengaitkan benang-benang tak terlihat menjadi kisah-kisah yang tak terpisahkan, mengilhami kita untuk merangkul kehidupan dalam segala kemisteriusannya. Dalam gelap yang penuh tanya, terbitlah cahaya inspirasi yang menerangi jalan menuju pemahaman yang lebih dalam. Prosa ini, seperti sayap yang membawa mimpi, mengajak setiap pelayar jiwa untuk mengangkat pandangan dan menjelajahi lautan pengetahuan yang luas, mencari harta karun makna yang tak tergoyahkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku di bangku kuliah

Sembeng Tedeng  Aku duduk di sini, di bangku kuliah, Di antara mimpi-mimpi yang melayang, Menyusun masa depan dalam lembaran kertas, Menyerap ilmu yang terkadang terasa jauh dari hati. Kampus adalah panggung dunia kecilku,l Tempat aku belajar tentang makna kehidupan, Bukan hanya dari buku, Tapi dari tawa, air mata, dan persahabatan. Dosen berbicara tentang teori dan logika, Namun hidup mengajarkan rasa dan dilema. Di balik tugas yang menumpuk dan jadwal yang padat, Aku belajar arti tekad dan kesabaran yang hebat. Kadang aku merasa lelah, Tertatih dalam perjalanan panjang, Namun di sela lelah, ada harapan yang terus berpendar, Bahwa ilmu ini adalah jembatan menuju cita-cita besar. Di sini, aku bukan hanya belajar, Aku tumbuh, aku mencari, Jati diriku yang terselip di antara rapatnya ruangan, Dan mimpi yang terbentuk dalam langkah pelan. Aku di bangku kuliah, Bukan sekadar mahasiswa yang hadir dan absen, Tapi seorang pejuang masa depan, Yang melangkah pasti, meski kadang ...

Aku Hanya Laki Laki Biasa

Sembeng Tedeng  Randi hanyalah lelaki biasa, tak memiliki banyak harta atau jabatan. Hidupnya sederhana, bekerja sebagai teknisi listrik di sebuah kota kecil. Setiap pagi, ia bangun dini hari, menyeduh kopi hitam, lalu berangkat mencari rezeki. Dalam hidupnya, hanya ada satu hal yang ia anggap paling berharga: Nirmala, istrinya. Nirmala adalah wanita cantik, ceria, dan penuh pesona. Randi tak pernah mengira ia bisa menikahi perempuan seindah Nirmala. Meski sering merasa dirinya tak cukup pantas, Randi berusaha menjadi suami yang baik. Namun, pernikahan mereka perlahan berubah menjadi dingin. Nirmala mulai sering pulang larut malam. Ia berkata sedang bekerja lembur di sebuah kantor yang baru ia masuki. Tapi Randi mulai curiga saat melihat perubahan sikap istrinya. Nirmala lebih sering sibuk dengan ponselnya, tersenyum sendiri saat menerima pesan. Suatu malam, ketika Nirmala tertidur, Randi tanpa sengaja melihat notifikasi pesan di layar ponsel istrinya. Nama yang muncul ...

Kain Songke, Selendang Songke, dan Kemeja Putih Simbol Pemuda yang Berjuang

Sembeng Tedeng Di pundakku, selendang songke menggantung, menyatu dengan nafas tanah leluhur, motif-motifnya melukis cerita, tentang perjuangan, doa, dan cinta yang tak pernah usai. Kain songke membalut tubuhku, hitamnya adalah keteguhan hati, benang-benang berwarna adalah harapan, yang dirajut oleh tangan para ibu, menghidupkan warisan dalam setiap helai. Kemeja putihku bersaksi, tentang niat tulus pemuda yang tak gentar, warnanya melambangkan kemurnian mimpi, untuk menjunjung tinggi adat dan masa depan. Aku berdiri, pemuda dari Manggarai, di antara bukit hijau dan nyanyian angin Flores. Pakaian ini bukan sekadar kain, tapi simbol perjuangan dan identitas, jiwa muda yang tak melupakan akar. Dalam balutan songke dan putihnya harapan, aku melangkah menuju esok yang cerah, membawa adat, membawa perubahan, aku pemuda Manggarai, penjaga masa depan.